Dalam kitab Mahabarata, dikisahkan Arjuna mengikuti sebuah sayembara memanah yang diselenggarakan kerajaan Panchala. Hadiah dari sayembara tersebut yaitu seorang puteri dari raja kerajaan Panchala itu sendiri.
Namun syarat untuk memenangkan sayembara itu bukan kepalang sulitnya.
Sebuah ikan kayu diletakkan di atas kubah balairung, dan di bawahnya terdapat kolam yang memantulkan bayangan ikan yang berada di atas. Kesatria yang berhasil memanah ikan tersebut dengan hanya melihat pantulannya di kolam, berhak mendapatkan Dropadi.
Para kontestan yang terdiri dari berbagai ksatria tak ada satupun yang sanggup memanah ikan tersebut. Hingga akhirnya Arjuna yang datang bersama saudaranya menyamar sebagai Brahmana, turut serta menghadiri sayembara tersebut. Arjuna berhasil memanah ikan tepat sasaran dengan hanya melihat pantulan bayangannya di kolam, dan ia berhak mendapatkan Dropadi.
Hebat.
Kemampuan Arjuna dalam memanah konon memang kelas wahid. Ketika ia masih menjadi murid begawan Drona, kemahirannya dalam ilmu memanah sudah tampak semenjak kecil. Ketika guru Drona meletakkan burung kayu pada pohon, ia menyuruh muridnya satu-persatu untuk membidik burung tersebut, kemudian ia menanyakan kepada muridnya apa saja yang sudah mereka lihat. Banyak muridnya yang menjawab bahwa mereka melihat pohon, cabang, ranting, dan segala sesuatu yang dekat dengan burung tersebut, termasuk burung itu sendiri. Ketika tiba giliran Arjuna untuk membidik, Drona menanyakan apa yang ia lihat. Arjuna menjawab bahwa ia hanya melihat burung saja, tidak melihat benda yang lainnya.
Artinya kehebatan Arjuna yang panahnya hampir tidak pernah gagal mengenai sasaran adalah kemampuannya untuk memfokuskan pikirannya terhadap sasarannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar