Jumat, 20 April 2012

Majnun

Suatu malam Qays duduk di depan rumah Layla sambil memandangi bintang di langit. Ketika orang-orang bertanya apa yang ia lakukan, Qays menjawab.”Aku sedang memandangi wajah kekasihku, Layla.” Orang-orang pun bertanya kembali “Kenapa kau tak mencarinya di rumahnya, bukankah ia ada di dalam rumah itu? ”. Dan Qays pun menjawab,“Aku cukup memandangi bintang yang sinarnya jatuh menerangi rumah Layla, bagiku cahaya bintang sama seperti cahaya wajah Layla” (Layla Majnun)

Si Majnun..! (orang gila) demikian orang-orang dari tanah Arab memanggilnya. Ia dianggap gila akibat cintanya yang terlalu besar kepada Layla. Kisah cinta mereka berdua memang gila tragisnya.. Namun karena kobaran api asmara yang gila itulah kisah ini mendunia, bahkan Goethe, pujangga terbesar Jerman pernah berujar, “Layla Majnun berbicara tentang perhelatan termanis dari cinta manusia yang terdalam buah karya dari roh agung.”




Gila.. itulah yang ingin saya bicarakan saat ini. Dalam ilmu psikologi, kata gila biasanya cenderung diterjemahkan secara lebih spesifik menjadi istilah lain seperti psikopat, skizofren, & psycohic disorders. Secara umum definisi gila adalah spektrum tertentu perilaku yang ditandai dengan pola mental dan perilaku yang abnormal. Jadi jika anda melakukan sesuatu yang di luar apa yang menjadi kebiasaan, norma, atau aturan  orang kebanyakan, contohnya seperti jalan khayang seharian di tengah jalan raya, maka anda akan dicap gila,  atau cowok yang menekankan belahan bola tennis sebagai alat bekam ke dada dengan maksud agar dada menonjol dan bidang maka dia telah menderita penyakit gila nomor lima (versi Andrea Hirata).

Namun sekarang, predikat gila bisa disematkan kepada siapapun termasuk anda apabila kita melakukan sesuatu yang biasanya jarang kita lakukan. Contohnya jika anda seorang pelajar yang berlangganan nilai do re mi, suatu ketika anda mendapat nilai 10 bulat, maka teman2 bahkan guru anda akan mengatakan,”wuihh gila kamu ya..”. atau anda tiba2 keranjingan pengen masuk TV maka menurut primbon penyakit gila Andrea Hirata anda masuk kategori gila nomor 38.

Entah kenapa, saya juga mau dianggap gila.. dibilang gila.. bahkan di cap gila oleh seluruh dunia sekalipun. Saya ingin diingat sebagai orang gila.

“Wah.. udah gila ini orang..” mungkin begitu katamu dalam hati saat ini.

Mungkin tebakan anda benar :P  
Tapi tunggu sebentar...

Jika saya hidup di Italia tahun 1610 dan saya bilang bahwa bumi bukanlah pusat tata surya, maka saya pasti dianggap "sedeng" oleh masyarakat khususnya pihak gereja yang menganut teori Copernicus.

Jika saya hidup pada tahun 1870 dan saya bilang saya akan membuat alat penerangan yang mampu menerangi seluruh kota. Maka saya akan di cap ngga waras oleh orang-orang.. tapi nyatanya tahun 1879, lampu pijar berhasil ditemukan.

Jika saya hidup pada tahun 1900 dan saya bilang bahwa saya akan membuat benda yang dapat terbang diangkasa.. mungkin saya bakal dipasung karena dikira mengalami gangguan psikologis. Tapi toh cuma butuh waktu 3 tahun, benda yang bernama Wright Flyer mampu terbang diudara walau hanya selama 12 detik.

Atau jika saya hidup pada tahun 1950 dan berujar,”suatu saat nanti saya akan pergi ke bulan.”. Mungkin orang-orang akan mentertawakan saya sembari memegang dahi saya. Tapi 19 tahun kemudian toh manusia berhasil juga mengunjungi Bulan.

Maka jika kita yang hidup sekarang mengatakan,”Saya mempunyai sebuah mimpi besar..!!” kemungkinan besar kita memang benar-benar dianggap gila oleh orang-orang di sekitar kita. Paling tidak ada komentar ,”Mbok yang realistis aja tho.” Atau “Bangun… bangun woii.. udah siang..!!!” Kita tak dapat menyalahkan mereka.. mungkin kita memang benar-benar gila.. tapi siapa yang tahu beberapa tahun nanti…? Bukankah Mahakarya itu membutuhkan waktu..? Apalagi jika Allah sudah berkata,”Kun Fa Ya Kuun.”

Maka saya sendiri tidak mengapa dibilang majnun. Dan mimpi saya itulah sang Layla. Aku dimabuk cinta akan keindahan Layla, dan berharap suatu saat nanti Layla akan ku rengkuh dalam pelukanku.

Yaah.. mabok lagi dah gue..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar